Pengabdian Mahasiswa PGMI Pasca Sarjana IAIN Kudus : Meningkatkan Kosakata Bahasa Arab melalui Makna Pegon gandul kepada santri An-Nahdloh Malaysia
Malaysia, 11 Juli 2024 – Program Pendidikan Guru madrasah Ibdidaiyyah (PGMI) Pasca Sarjana Institut Agama Islam (IAIN) Kudus mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat Internasional untuk diaspora luar negeri yang diadakan di Pondok An-Nahdlah di Tanjong Sepat Malaysia. Mahasiswa Pasca PGMI IAIN Kudus berjumlah 13 orang beserta didampingi kaprodi PGMI Pasca dan Rektor IAIN Kudus hadir ditengah tengah santri An-Nahdlah guna mengenalkan metode makna gandul yang diterapkan oleh pesantren pesantren di tanah Jawa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Murni Handayani, mahasiswa PGMI Pasca Sarjana IAIN Kudus tentang kitab kuning dan metode Makna Gandul di pesantren disampaikan guna memberikan wawasan tentang makna pegon dalam pembelajaran kitab kitab arab akan mempermudah santri untuk hafal kosakata bahasa arab karena setiap pembelajaran kitab kuning yang dibacakan oleh pengajar akan diterima dan direspon santri dengan memberikan arti per kosakata dalam kitab yang dibacakan oleh pengajar. Menurut Sri Murni Handayani metode makna pegon gandul akan meningkatkan kosa kata bahasa arab santri dikarenakan setiap kata dalam kitab, diartikan satu persatu dengan menjelaskan secara samar penempatan ilmu nahwunya. Namun metode ini baru ditahap pengenalan kepada santri terkhusus pengurus Pesantren An- nahdlah, karena metode yang dikenalkan masih mengunakan bahasa jawa, sehingga perlu penyesuaian dengan pengunaan bahasa Malaysia, ujarnya. Muzdalifah selaku Kaprodi PGMI Pasca Sarjana IAIN Kudus juga menyampaikan, Kitab kuning sebagai sumber pembelajaran di pondok pesantren, yang berisi tentang konsep dan nilai-nilai agama yang disusun oleh para ulama. Pemahaman nilai agama perlu menyesuaikan budaya masyarakat setempat, contohnya di Jawa. Di Malaysia, juga bisa dibuat model pembelajaran kitab kuning dengan menggunakan bahasa daerah.
Pengabdian masyarakat yang dilakukan di pondok pesantren An-Nahdlah ini diikuti puluhan santri putra dan putri. Santri santri terdiri dari mayoritas warga Indonesia yang orang tuanya bekerja sudah puluhan tahun di Malaysia sebagai pekerja kasaran yang tidak memiliki tujuan untuk mensekolahkan anaknya karena terbebani biaya sehingga pengasuh pesantren An- Nahdlah ustadz Rizal melakukan inisiatif untuk mendidik anak anak orang Indonesia yang merantau di Malaysia di Pesantren sejak anak usia rata-rata di 6 sampai 7 tahun. Selain santri orang Indonesia, terdapat juga santri asli Malaysia yang berada di sekitar lingkungan pesantren an-nahdlah, ujar Ustadz Rizal selaku pengasuh dan pendiri Pesantren An-Nahdlah. Letak pesantren yang berada ditengah tengah perkebunan sawit dan masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Hindu membuat ustadz Rizal mendirikan pesantren dibawah naungan PCINU Malaysia yang mendorong untuk mengabdikan diri dengan mendirikan Pesantren. Diketahui, Ustadz Rizal adalah penduduk Malaysia yang berkuliah di UIN Sunan kalijaga dan pernah menjadi santri di daerah krapyak Yogyakarta.
Program pengabdian ini juga diikuti dengan MoU antara IAIN Kudus dengan Pesantren An-Nahdlah Malaysia yang dilakukan lansung oleh Rektor IAIN Kudus, Abdurrahman Kasdi dengan pengasuh Pesantren An-Nahdlah Malaysia Ustadz Rizal. Setelah MoU, Abdurrahman Kasdi selaku rector IAIN Kudus membuka beasiswa kepada santri An-Nahdlah yang sudah selesai pendidikan di Pesantren setingkat SLTA di Indonesia, akan diberikan beasiswa bilamana mau melanjutkan kuliah di IAIN Kudus. Hal ini disambut meriah oleh santri dan direspon cepat oleh pengasuh Pesantren An-Nahdlah yang akan mengirimkan santrinya yang telah selesai di pendidikan pesantren guna melanjutkan kuliah di IAIN Kudus sekaligus melanjutkan sebagai santri di tanah Kudus Jawa tengah.